Apa itu sensory processing disorder (SPD)?
Sensory processing disorder (SPD) adalah kesulitan dalam mengorganisir dan merespon rangsangan-rangsangan yang masuk melalui indra-indra. Seorang anak dengan SPD bisa terlalu sensitif atau kurang sensitif terhadap rangsangan-rangsangan tertentu.
Gangguan sensorik ini bisa muncul pada anak-anak yang berkembang normal dan memiliki komorbiditas tinggi dengan autisme dan gangguan-gangguan perkembangan lainnya seperti: berat lahir prematur, cedera otak, gangguan belajar, dan kondisi-kondisi lainnya.
Penyebab dari SPD belum diketahui dengan jelas.
Ciri-ciri sensory processing disorder
Berdasarkan University of Michigan Medicine, berikut adalah tanda-tanda SPD pada anak:
- antara selalu bergerak atau mudah lelah atau bergantian antara keduanya,
- menarik diri ketika disentuh,
- menolak makanan tertentu karena yang dirasakannya ketika mengunyah makanan tersebut,
- terlalu sensitif terhadap bau-bau,
- sangat sensitif terhadap kain-kain dan hanya menggunakan pakaian-pakaian yang lembut atau yang bagi dirinya nyaman,
- tidak suka tangannya kotor,
- tidak nyaman dengan beberapa gerakan seperti berayun, merosot ke bawah, turun di jalan yang melandai, anak-anak yang masih kecil mungkin sulit belajar memanjat, turun tangga, atau naik eskalator,
- sulit menenangkan diri setelah olahraga atau terganggu,
- melompat, berayun, dan berputar secara berlebihan,
- tampak canggung, mudah tersandung, atau memiliki keseimbangan yang buruk,
- memiliki postur yang aneh,
- sulit menangani benda-benda kecil seperti kancing,
- terlalu sensitif terhadap suara (penyedot debu, pemotong rumput, hair dryer, sirene, dsb. bisa sangat mengganggu),
- kurangnya kreativitas dan variasi ketika bermain (mis. anak bermain dengan mainan yang sama dan dengan cara yang sama secara terus menerus atau lebih suka hanya menonton TV atau video).
Menangani SPD
Biasanya, SPD ditangani dengan terapi. Dengan terapi yang dipimpin oleh seorang terapis, anak-anak belajar bagaimana mengelola kesulitan-kesulitan mereka.
Jenis-jenis terapi yang biasa dilakukan untuk menangani SPD termasuk:
- Terapi SI (Sensori Integrasi). Dalam terapi SI, anak-anak bermain sambil belajar dalam lingkungan yang terkontrol. Melalui terapi ini, anak-anak belajar coping skills untuk menghadapi stimulus-stimulus.
- Diet sensorik. Diet sensorik adalah daftar aktivitas sensorik untuk dilakukan di rumah dan di sekolah. Aktivitas-aktivitas ini didesain untuk membantu anak tetap fokus dan terorganisir.
- Okupasi terapi (OT). Okupasi terapi bisa membantu anak-anak dengan gangguan sensorik melalui berbagai macam cara. OT bisa membantu anak mengembangkan kemampuan motorik halus, motorik kasar, maupun kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Referensi
- FAMILYDOCTOR.ORG. Sensory Processing Disorder (SPD) [daring]. 2020 [dilihat 19 Januari 2022]. Tersedia dari: https://familydoctor.org/condition/sensory-processing-disorder-spd/
- HEALTHWISE STAFF. Sensory Processing Disorder [daring]. 2020 [dilihat 19 Januari 2022]. Tersedia dari: https://www.uofmhealth.org/health-library/te7831
- HEATHER, Lonkar. An Overview of Sensory Processing Disorder [daring]. Honor thesis, Western Michigan University, 2014 [dilihat 19 Januari 2022]. Tersedia dari: https://scholarworks.wmich.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=3437&context=honors_theses
- WIDYAWINATA, Rena. Sensory Processing Disorder [daring]. 2021 [dilihat 19 Januari 2022]. Tersedia dari: https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/kulit-anak/penyakit-sensory-processing-disorder/
- UNDERSTOOD TEAM. Understanding sensory processing issues [daring]. Tidak tersedia [dilihat 19 Januari 2022]. Tersedia dari: https://www.understood.org/articles/en/understanding-sensory-processing-issues
One thought on “Sensory Processing Disorder pada Anak”