Apa saja mitos seputar autisme?
Meningkatkan pengetahuan tentang autisme tentu merupakan hal yang baik. Jangan sampai ketidaktahuan kita membuat kita salah dalam bersikap ketika berinteraksi dengan para penyandang autisme, para orang tua dari anak-anak dengan autisme, maupun komunitas autisme secara keseluruhan.
Guna meningkatkan pengetahuan kita, mari kita bahas mitos-mitos seputar autisme. Langsung saja berikut adalah di antaranya.
Vaksinasi menyebabkan autisme
Salah satu mitos yang beredar di masyarakat terkait autisme adalah dugaan bahwa vaksinasi dapat menyebabkan autisme. Ini tidak benar.
Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), vaksinasi tidak menyebabkan autisme. Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara menerima vaksin dengan mengembangkan autisme.
Semua anak autis jenius
Tidak semua anak autis jenius. Anak-anak dengan autisme seperti anak-anak yang berkembang normal, yaitu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda.
Para penyandang autisme tidak bisa berhubungan dengan yang lain
Memang benar para penyandang autisme memiliki kesulitan dalam kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi. Akan tetapi, bukan berarti mereka tidak bisa berhubungan dengan yang lain. Para penyandang bisa berhubungan dengan keluarga, teman, pasangan, maupun anak-anaknya.
Juga jangan beranggapan bahwa para penyandang autisme lebih suka menyendiri. Berdasarkan Kennedy Krieger Institute, studi terkini oleh Charlotte Brownlow dkk. (2015) mendemonstrasikan bahwa kebanyakan orang-orang dengan autisme ingin berhubungan dengan yang lain. Hanya saja memang ada kesulitan yang mungkin dihadapi oleh penyandang ketika berinteraksi.
Sekadar tidak bisa disembuhkan
Autisme tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi, tidak berhenti di situ saja. Kondisi penyandang autisme bisa diperbaiki.
Berdasarkan Child Autism UK, dengan penanganan dini yang tepat:
- kebanyakan anak-anak mengalami perbaikan yang signifikan bagi kualitas hidupnya dan
- banyak anak-anak belajar untuk berfungsi secara mandiri di sekolah umum.
Anak-anak autis tidak bisa bicara
Berdasarkan Kennedy Krieger Institute, gangguan-gangguan yang dimiliki oleh para penyandang autisme adalah beragam terkait keparahannya, pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari, dan dampaknya terhadap performa di kelas.
Termasuk kekurangan dalam berbahasa, levelnya berbeda-beda, yaitu mulai dari komunikasi sosial yang kurang, pemahaman yang kurang, hingga tidak bisa bicara sama sekali. Jadi, tidak semua anak autis tidak bisa bicara. Gejala yang dimiliki oleh para penyandang autisme adalah berbeda-beda.
Demikian bahasan mitos-mitos seputar autisme. Semoga bermanfaat.
Baca juga: Ciri-Ciri Autisme pada Orang Dewasa.
Referensi
- CDC. Autism and Vaccines [daring]. 2021 [dilihat 30 Juni 2022]. Tersedia dari: https://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/autism.html
- CHILD AUTISM UK. Causes and Cures for Autism [daring]. Tidak tersedia [dilihat 30 Juni 2022]. Tersedia dari: https://www.childautism.org.uk/about-autism/causes-and-cures/
- KENNEDY KRIEGER INSTITUTE. Myths & Facts about Autism Spectrum Disorder [daring]. Tidak tersedia [dilihat 30 Juni 2022]. Tersedia dari: https://www.kennedykrieger.org/stories/myths-facts-about-autism-spectrum-disorder
One thought on “Lima Mitos Seputar Autisme”